SEKATO.ID – Pengamat terorisme Sidney Jones melihat keterlibatan anak muda dalam terorisme bukan hal yang baru. Menurut Sidney, sejak Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) muncul, banyak anak muda tertarik bergabung dengan gerakan yang menuntut khilafah tersebut.
“Dan bukan di Indonesia saja. Di banyak negara lain juga, termasuk negara barat,” ujar Sidney saat dihubungi pada Jumat, 2 April 2021.
Sidney mengatakan, dengan berbagai alasan, generasi muda ini akhirnya mau terlibat dengan terorisme. Ia menyebutkan ada yang tertarik dengan video ISIS yang tampak heroik, ada yang yakin akhir zaman sudah dekat, atau terpengaruh oleh propaganda ISIS di media sosial.
“Dan kalau sekali satu orang tertarik, sering terjadi bahwa temannya atau kakak, adik, menyusul,” kata Sidney.
Sementara, pengamat terorisme Al Chaidar mengatakan, masuknya anak muda ke kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) karena tawaran pengampunan dan pintu surga. Terutama kepada mereka kurang memiliki pengetahuan agama dan spiritual. Hal itu dimanfaatkan oleh kelompok teroris.
“Selain itu, ISIS, melalui JAD, menawarkan rencana politik kekuasaan untuk dilebur kembali di masa depan agar menjadikan kaum muda sebagai pahlawan. Heroisme inilah yang ditawarkan,” kata Al Chaidar.
Data Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) tahun 2017 menunjukkan mayoritas pelaku terorisme berasal dari kelompok anak muda. Data tersebut menyebutkan 11,8 persen pelaku terorisme berusia di bawah 21 tahun dan 47,3 persen berada di rentang 21-30 tahun.
Discussion about this post