SAROLANGUN – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sarolangun terus berupaya mengembangkan program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di sekolah-sekolah, mulai tingkat PAUD, TK, Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)/Sederajat.
Kepala Disdikbud Sarolangun, Helmi, SH., MH mengatakan, kegiatan GLS ini sendiri dilaksanakan berdasarkan Permendikbud Nomor 21 Tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti. Dimana tujuannya adalah untuk menumbuhkan budi pekerti anak.
“Ini merupakan langkah tepat dalam mengatasi rendahnya minat baca peserta didik akibat berbagai macam faktor yang mempengaruhi. Dengan adanya GLS ini kita harapkan mampu menjadi peningkat mutu peserta didik,” terangnya, Jumat (11/3).
Lebih lanjut, dalam upaya mengembangkan GLS, Helmi meminta agar pihak sekolah, tenaga pengajar hingga orang tua peserta didik atau keluarga ikut serta berperan aktif dengan berbagai macam bentuk kreatifitas yang bisa dilakukan.
“Pada era digital seperti ini, arus teknologi tidak dapat dibendung. Untuk itu pentingnya GLS ini untuk meningkatkan literasi setiap anak agar tidak mudah terjerumus dalam hal-hal yang tidak benar. Untuk itu sebagai pihak yang bertanggung jawab untuk masa depan anak, kita mesti memberikan fasilitas kepada mereka agar mereka mendapat tambahan wawasan dengan membaca,” kata Helmi.
“Ketersediaan buku bacaan yang menarik, tempat yang nyaman juga menjadi bagian penting dalam hal ini. Dan kita minta agar pelaksanaan GLS ini berlangsung secara terintegrasi dan menyeluruh untuk semua kurikulum. Karena literasi sekolah ini harus dijalankan secara berkelanjutan,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Bidang PMPTK Disdikbud Sarolangun, Hj Dian Sri Hayati, SP., M.Si mengatakan, GLS sendiri tidak hanya sebatas bertujuan untuk menumbuhkan minat membaca, tapi menciptakan peserta didik yang memiliki daya saing ke depannya.
“Jadi GLS tidak hanya kita fokuskan pada membaca, tapi bagaimana dari awalnya membaca kemudian para peserta didik terinspirasi untuk mulai menulis hingga menjadi sebuah karya yang bernilai nantinya,” ujarnya.
“Untuk mendorong hal itu, maka buku-buku yang dijadikan acuan dalam program GLS ini seperti buku cerita atau dongeng lokal sesuau usia peserta didik, buku-buku inspirasi tokoh lokal, anak bangsa yang berprestasi, sejarah dan buku-buku lainnya yang membentuk serta menumbuhkan semangat kebangsaan atau cinta tanah air. Jadi dengan suasana yang bagus ditambah tersedianya buku-buku yang menarik, maka peserti didik akan tertarik untuk membaca dan berkarya,” tuntasnya. (rin)
Discussion about this post