SEKATO.ID | JAKARTA – Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mencatat dari 143 BUMN, hanya 10 BUMN saja yang mampu berkontribusi ke negara. Perkara ini membuat pemegang saham mengambil langkah transformasi dengan mengurangi jumlah perseroan.
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, proses pengurangan perusahaan terus dilakukan hingga mencapai 41 saja. Meski banyak BUMN yang tercatat sehat secara keuangan, namun tidak mampu memberikan hasil yang signifikan.
“Sejak awal kami memberanikan diri bahwa BUMN enggak usah banyak-banyak, kita Alhamdulillah mampu memperkecil dari 143 ke 41. Kalau banyak jumlah yang sehat, juga enggak ada hasilnya, akhirnya hanya jadi sapi perah,” ujar Erick, Selasa (15/6/2021).
“Buat apa 143 BUMN, toh dividennya cuma dari 10 BUMN,” katanya.
Langkah perampingan tersebut sekaligus mempermudah Kementerian BUMN melakukan pengawasan. Tak hanya itu, Erick juga telah memangkas klaster-klaster BUMN yang ada. Tadinya, terdapat 27 kluster dan saat ini dipangkas menjadi 12 klaster BUMN.
Adapun 12 kluster tersebut, yakni klaster energi dan gas, klaster minerba, klaster perkebunan dan kehutanan, klaster pupuk dan pangan, klaster farmasi, klaster industri pertahanan, klaster asuransi, klaster media, klaster infrastruktur, klaster pariwisata, serta klaster sarana dan prasarana.
BUMN yang tidak terdaftar dalam klaster akan dimasukan ke dalam Perusahaan Pengelola Aset (PPA) yang diatur dalam Keputusan Presiden (Keppres) yang sudah dia diterima. Di mana salah satu tugas PPA adalah melakukan restrukturisasi.
“Dari 27 klaster menjadi 12 klaster. Dan diharapkan 12 klaster ini seperti klaster-klaster Himbara dan Telekomunikasi kita, yang pasarnya bebas, bersaing dengan swasta dan asing masih menang. Di Himbara kita punya tiga bank yang masuk fortune menjadi perusahaan besar, mandiri, BRI, BNI,” tuturnya.
Sumber: okezone
Discussion about this post