Jika ada yang bertanya, di mana ruang untuk berkarya?
Jawabannya adalah di mana ada kemauan untuk belajar dan berkarya, di sana akan ada ruang untuk mewujudkan terciptanya sebuah karya.
Kita semua mengetahui bahwa tingkat literasi di setiap dunia berbeda-beda. Semakin tinggi tingkat literasi di negara tersebut, maka semakin besar tugas kita untuk menjaganya agar tetap selalu besar dan bersinar.
Namun bagaimana dengan negara yang memiliki tingkat literasi rendah?
Tetap akan terus ada kesempatan untuk berkarya dan memulai menjadi besar dan terang.
Pada kesempatan yang telah diberikan oleh Campaign kepada Rumah Basama, tentulah ada harapan agar dapat saling berdampak nyata untuk sekitar.
Rumah Basama mengangkat isu tentang pendidikan dan dikaitkan dengan keadaan literasi di Indonesia, yaitu dengan mengadakan program menulis bersama dengan tema “Impian” dengan harapan penulis lokal dapat mendorong kegiatan membaca dan menulis bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Mengapa Rumah Basama mengaitkan isu pendidikan dengan literasi yang ada di Indonesia?
Literasi tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan. Sebab literasi menjadi sarana dalam mengenal, memahami, dan menerapkan ilmu yang didapatkan dalam keseharian. Bahkan Keterampilan membaca dan menulis sangat berperan penting dalam kehidupan karena pengetahuan diperoleh melalui membaca dan menulis. Semakin tinggi tingkat literasi di suatu negara, maka semakin baik pula kualitas pendidikan di negara tersebut.
Dari kegiatan “Menulis Impian” Rumah Basama berusaha memberikan ruang berkarya untuk semua. Karena bagi Rumah Basama, selain mendapatkan kesempatan untuk berkolaborasi, kesempatan ini juga harus digunakan sebaik-baiknya untuk merangkul sesama dalam mewujudkan suatu langkah yang lebih baik lagi.
Dari aksi yang telah diberikan kepada peserta, Rumah Basama ingin melihat seberapa besar tingkat literasi, seberapa besar minat membaca dan menulis, seberapa besar pengaruh lingkungan atau organisasi terhadap kehidupan sehari-hari, dan seberapa besar pengaruh motivasi dalam proses meraih suatu impian.
Melihat banyaknya peserta yang melakukan aksi dan berkontribusi untuk menulis, membuat pemuda semakin yakin bahwa yang mereka perlukan adalah ruang belajar, ruang untuk berkarya dan ruang untuk dihargai.
Sebab faktanya masih banyak yang belum melirik para penulis maupun pegiat literasi di sekeliling mereka, sementara literasi begitu penting dengan keberlangsungan hidup, lalu apa yang harus kita lakukan untuk membuat hal itu terasa dekat dalam kehidupan?
Sesekali kita perlu bertanya, kurangnya wadah bertumbuh atau kurangnya sumber daya manusia? Atau mungkin kurangnya rasa saling mengisi ketidak tahuan di tengah-tengah sosial?
Melihat keresahan yang terjadi di Indonesia, terkadang yang dibutuhkan dalam berkarya adalah apresiasi atas sesuatu yang telah dihasilkan dari hati, sehingga energi baik juga akan tersalurkan dengan baik.
Untuk itu, Rumah Basama memberi ruang untuk menulis bersama dan menorehkan harapan untuk terwujudnya sebuah impian. Dari program ini besar harapan kepada para penulis untuk saling mengapresiasi, berekspresi, dan menjaga potensi.
Melalui kolaborasi bersama Campaign, Rumah Basama memberi ruang untuk belajar, melakukan pelatihan menulis, berbagi cerita, berdonasi, melakukan bedah buku, bahkan menulis bersama hingga menghasilkan 1 buku yang bertemakan Impian.
Rumah Basama berterima kasih kepada siapa pun yang telah mendukung kebaikan demi kemajuan literasi, itu artinya kita sudah membuat jalan untuk menemukan suatu tempat untuk masa depan.
Teruslah berkarya, teruslah peka terhadap sesuatu yang harusnya menjadi kepedulian kita sebagai generasi penerus Indonesia.
Campaign telah memberi jalan untuk bermimpi dan berdampak.
Semoga literasi dan pendidikan di Indonesia terus maju melalui langkah baik, walaupun sederhana namun tidak pernah berhenti berupaya.
Mari mewujudkan mimpi bersama literasi. Berkarya, Bermakna, Bersama Rumah Basama
Discussion about this post