SEKATO.ID – Keterbatasan bukanlah penghalang dalam meraih cita-cita yang didambakan. Sebaliknya, keterbatasan justru bisa menjadi penyokong bagi mereka yang mau terus berusaha dalam meraih impian. Melewati berbagai lika-liku kehidupan, seseorang bisa memupuk semangat dan percaya diri dalam meraih impiannya.
Seperti halnya Syairah Putri Ilmima (11), ia adalah seorang gadis yang dapat dikatakan sedang getol dalam mengusahakan mimpinya. Ia memiliki mimpi besar untuk menjadi seorang ustadzah atau pendakwah.
Demi mengejar mimpinya itu, ia sudah mengasah kepercayaan dirinya untuk tampil di depan umum sejak dini. Perempuan yang akrab disapa Syairah ini pernah mencoba kepercayaan dirinya dengan mengikuti lomba fashion show muslimah.
Meskipun ia masih duduk di bangku Sekolah Dasar, ia sudah terlihat berpiawai meragakan busana syar’i yang ia kenakan. Tak ayal akhirnya dia memenangkan kompetisi yang baru pertama kali ia ikuti tersebut. Tercatat ia sudah memenangkan dua ajang fashion show busana muslim di tingkat daerah.
“Awalnya aku cuma ikut-ikutan pas ada lomba fashion show. Aku percaya diri aja dan Alhamdulillah-nya malah menang. Jadi aku malah senang dan mau ikut lagi kalau ada lomba fashion show,” ujar Syairah.
Namun ternyata kepercayaan diri itu tak datang begitu saja dalam dirinya. Ia memiliki support system setia yang senantiasa mendukungnya untuk berprestasi. Support system tak lain adalah ibunya sendiri. Ia mengaku ibunya lah yang selama ini mendukungnya untuk meraih apapun mimpinya asalkan positif.
“Saya berpesan ke Syairah kalau kamu punya keberanian saat tampil di panggung, jadi diri sendiri aja. Nggak usah ikutin yang lain, jadi kamu sendiri, Itu yang membuat dia akhirnya percaya diri,” tutur ibu Syairah yang akrab disapa Bu Herman.
Seakan memiliki semangat yang membara, di sekolah pun ia juga dikenal sebagai siswa berprestasi. Ia mendapatkan peringkat 5 besar di kelasnya di SD Negeri Setu, Tangerang Selatan. Berbeda dengan siswa pada umumnya yang unggul dalam pelajaran umum, Syairah justru mengaku nilainya yang paling unggul adalah pelajaran agama Islam.
Anak yatim yang ditinggalkan ayahnya ini mengaku telah memiliki keinginan untuk masuk ke pondok pesantren sejak kelas 3 SD demi keinginannya mendalami agama. Namun mendiang ayahnya belum mengizinkan karena menurutnya usianya yang masih terlalu dini untuk masuk pondok pesantren.
Seperti tak patah semangat dalam mendalami ilmu agama, selagi belum mendapatkan izin untuk masuk ke pondok pesantren ia rajin mengikuti pengajian rutin di rumah. Kemudian setelah ayahnya meninggal dunia, ia memantapkan diri untuk masuk ke pondok pesantren.
Sampai saat ini ia tengah menghafalkan surat-surat dalam Alquran di pondok pesantrennya. Ini adalah Ramadhan kedua yang ia lewati tanpa sosok ayah. Dengan kembalinya ayahnya ke Rahmatullah ini menjadi pemantik terbesar baginya untuk terus menuntut ilmu agama dan menghafal Alquran. Ia berharap dapat menuntun kedua orang tuanya ke surga kelak.
Setali tiga uang dengan Syairah, Balqis juga memiliki keinginan kuat untuk belajar agama. Tak seberuntung Syairah yang masih memiliki sosok ibu, ia telah ditinggalkan kedua orang tuanya dan kini hanya tinggal bersama nenek dan kakaknya.
“Ibu sudah meninggal sejak 2020 dan ayah baru tahun 2021 kemarin. Sekarang tinggal sama nenek dan kakak saja di daerah Muncul, Tangerang selatan,” ujar gadis bernama lengkap Balqis Mutawafah tersebut.
Saat ditemui di pondok pesantren Hamalatul Quran, Kademangan. gadis dengan senyuman manis ini awalnya malu-malu menyapa tim Generos. Siapa sangka, gadis yang cantik dalam balutan gamis ini dulunya merupakan anak yang tomboy dan ceplas ceplos dalam berucap. Bahkan teman-teman Balqis pun merasa takut jika Balqis berbicara, karena intonasinya cenderung tinggi.
“Sebelum Balqis bergabung di pondok pesantren ini, dia anak yang tomboy, bahkan suka manjat pohon sana sini. Benar-benar seperti cowok. Setelah orang tuanya meninggal, neneknya menyaranakan Balqis untuk masuk ke pondok pesantren. Alhamdulillah dia berani dan mau,” ucap Yayah, pengurus pondok pesantren Hamalatul Quran.
Seperti ada trauma duka cita, ia kini menjadi sosok yang pemalu dan lemah lembut. Ia juga memiliki mimpi besar untuk kedua orang tuanya yang telah tiada. Ia berharap menjadi anak yang sholihah agar dapat membukakan pintu surga bagi kedua orang tuanya.
Untuk mencapai mimpi tersebut ia belajar agama di pondok pesantren. Selepas pulang sekolah, ia melanjutkan belajar dan menghapal Alquran hingga malam. Kegigihannya pun membuahkan hasil. Ia telah menghafal 1 juz dalam kurun waktu 3 bulan. Itu karena ia memiliki tekad kuat untuk menjadi hafidzhah.
“Aku senang kalau di pondok pesantren bisa belajar menghapal Alquran bersama teman-teman. karena Aku punya cita-cita jadi penghapal Al-Qur’an,” ucapnya sumringah.
Dalam bulan Ramadhan ini Generos berkesempatan bertemu kedua gadis berprestasi itu bersama dengan teman-teman lainnya. Generos berharap dapat mendukung tekad kuat para santriwan dan santriwati di pondok pesantren Hamalatul Quran dalam menghafal Alquran.
Sebagai suplemen kecerdasan otak, Generos menjadi nutrisi penunjang untuk membantu meningkatkan daya ingat. Kecerdasan otak menjadi sangat penting bagi anak-anak yang tengah belajar maupun menghafal Alquran. Diketahui ekstrak pegagan yang terkandung dalam Generos dapat membantu anak lebih fokus serta merespons pelajaran secara lebih gampang dan cepat.
Generos telah menyelenggarakan acara buka bersama sekaligus berbagi keberkahan Masjid Jami Al-Ikhlas Kampung Muncul pada bulan Ramadhan ini pada Jumat (22/4). Generos berharap dapat terus mendukung prestasi anak bangsa dengan memperbaiki kualitas kesehatan anak-anak agar dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal. (**/rls)
Discussion about this post