SEKATO.ID – Merujuk pada Al Quran, anggota Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Muhammad Nur Hayid memyampaikan seorang Muslim akan mendapatkan hal setimpal dari apa yang ia perbuat.
Dalam surah al-An’am ayat 160 dijelaskan Artinya, “Barang siapa berbuat kebaikan balasan 10 kali lipat amalnya. Dan barang siapa berbuat kejahatan dibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka sedikit pun tidak dirugikan (dizalimi).”
Ibnu Masud dan Ibnu Abbas berpendapat, pelipatgandaan dosa mesti dilihat dari segi kualitas, bukan dari kuantitasnya. Berdasarkan sebuah hadis, dosa kecil yang terus-menerus dikerjakan bisa menjadi dosa besar.
Sebaliknya, dosa besar pun tidak selamanya besar jika pelakunya sering memohon ampun kepada Allah. Insya Allah dosa besar itu akan terhapus.
Berangkat dari pemahaman umum itu, Kiai Nur memaparkan, selama bulan Ramadhan semua amal saleh memang dilipatgandakan pahalanya oleh Allah SWT. Begitu pula dengan perbuatan-perbuatan maksiat. Dosanya pun akan dilipatgandakan.
“Kaitan dengan Ramadhan, karena semua amal saleh dan amal baik itu dilipatgandakan, demikian halnya dengan dosa. Dosa yang dilakukan seorang hamba Allah juga akan dilipatgandakan,” kata Wakil Ketua Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dikutip dari Republika, Minggu(11/4/2021).
Fatwa dalam kitab Matolib Ulinuha Mustafa bin Sa’ad al-Hambali menjelaskan, dosa-dosa seseorang akan dilipatgandakan pada waktu-waktu dan tempat yang mulia.
Umpamanya, shalat di Masjidil Haram, Makkah. Pahala yang akan diterimanya pun lebih banyak daripada di tempat-tempat lain. Begitu pula berbuat baik di bulan-bulan haram, termasuk Ramadhan dan hari Jumat.
“Ibnu Muflih juga menjelaskan, tambahan pahala sebagaimana tambahan dosa itu bergantung tempat dan waktu. Sebagaimana berbuat baik dilipatgandakan, maka berbuat maksiat juga akan dilipatgandakan dosanya dibanding waktu selain Ramadhan,” katanya.
Discussion about this post