SEKATO.ID | JAKARTA – Dalam keseharian, termasuk di media sosial, cerita lucu kerap ditemukan, baik dari kisah nyata maupun buatan. Salah satu cerita lucu yang beredar di masyarakat adalah anekdot.
Meski bisa menghibur pendengar dan pembacanya, anekdot juga merupakan salah satu bahasa yang digunakan untuk menyampaikan kritik, tapi disampaikan tidak dengan cara kasar atau menyakiti.
Mengutip buku elektronik terbitan Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud tahun 2019, dijelaskan bahwa anekdot adalah cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan.
Anekdot biasanya mengangkat cerita tentang orang penting seperti tokoh masyarakat atau terkenal berdasarkan kejadian yang sebenarnya. Kejadian nyata ini kemudian dijadikan dasar cerita lucu dengan menambahkan unsur rekaan atau rekayasa.
Seringkali, partisipan atau tokoh cerita, tempat kejadian, dan waktu peristiwa dalam anekdot tersebut merupakan hasil rekaan. Meskipun demikian, ada juga anekdot yang tidak berasal dari kejadian nyata.
Tujuan dan makna anekdot
Kelucuan dalam anekdot biasanya disampaikan dengan bahasa yang singkat, tetapi mengena. Misalnya sindiran terhadap pejabat, atau sindiran terhadap pelaku tindak kejahatan.
Makna tersirat anekdot berbeda dengan sindiran dan kritikan. Biasanya makna anekdot juga bergantung pada tujuan yang ingin disampaikan oleh si pembuat kritik.
Hal berbeda lainnya, anekdot adalah bentuk sindiran yang tidak disampaikan secara langsung kepada orang yang ditujukan untuk dikritik.
Ini dilakukan karena tujuan anekdot dibuat untuk menghindari konflik antara pihak yang menyampaikan sindiran dengan pihak yang disindir.
Tujuannya agar pesan yang ingin disampaikan, kritiknya dalam anekdot, dapat diterima oleh pihak yang dikritisi tanpa menimbulkan ketersinggungan.
Sehingga itulah kenapa pencerita anekdot menggunakan ungkapan yaitu berupa kata, frasa, atau kalimat yang bermakna idiomatis atau bukan makna sebenarnya.
Struktur teks dan pola penyajian anekdot
Anekdot memiliki struktur teks yang membedakannya dengan teks lainnya. Teks anekdot memiliki struktur abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda.
Anekdot bisa disajikan dalam bentuk dialog maupun narasi. Contoh penyajian dalam bentuk dialog, percakapan dua orang atau lebih.
Salah satu ciri dialog untuk anekdot adalah menggunakan kalimat langsung, yakni kalimat yang merupakan hasil kutipan langsung dari pembicaraan seseorang yang sama persis seperti apa yang dikatakannya.
Contohnya sebagai berikut:
Tono : “Saya heran dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk, tidak pernah mau berdiri.”
Udin : “Ah, begitu saja diperhatikan, sih, Ton.”
Sumber: suara.com
Discussion about this post