SEKATO.ID – Pisang yang diolah menjadi keripik memang sudah biasa. Bagaimana jika kulit pisang diolah menjadi kerupuk?
Toyibatur Rochmah (39) sudah empat tahun punya bisnis beragam olahan pisang di rumahnya di Desa Kalibendo, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang. Ada sekitar 20 produk olahan dari bahan baku buah pisang, mulai dari keripik, madu mongso, tape, steak, dan sebagainya.
Berawal dari keingintahuannya mencari manfaat kulit pisang, ternyata memiliki banyak nutrisi dan bisa dimakan. Akhirnya ia pun mengolahnya menjadi sebuah keripik yang enak dan gurih.
“Awalnya saya mencari manfaat kulit pisang di Google. Ternyata nutrisinya sangat lengkap dan bisa dikonsumsi. Akhirnya coba mengolah kulit pisang,” kata Toyibatur kepada SURYA MALANG, Senin, 21 Januari 2021.
Sebelum kerupuk kulit pisang tersebut dikenal Kaesang, Toyibatur harus bersusah payah memperkenalkan dan memasarkan produknya. Hingga satu tahun kemudian, olahan kerupuk kulit pisang yang ia jual tersebut sampai ke telinga putra Presiden Joko Widodo, yaitu Kaesang Pangarep.
“Saya punya kenalan dosen di UNEJ yang kenal Kaesang. Ternyata teman saya itu mengirim keripik pisang ke Kaesang. Karena tertarik, Kaesang pesan banyak,” ujarnya.
Toyibatur pernah mengirim keripik pisang buatannya sampai 500 kilogram ke Kaesang dalam sebulan. Setelah itu, ia rutin mengirim keripik kulit pisang sekitar 300 kilogram pada bulan-bulan berikutnya.
Ia mengaku masih memakai cara sederhana dalam mengolah keripik buatannya. Kulit pisang diproses dengan alami dan itu bisa memakan waktu sampai 2 hari lamanya.
“Saya sampai kewalahan karena proses membuat keripik kulit pisang kan panjang dan rumit,” jelasnya.

Proses pembuatan diawali dengan merebus kulit pisang selama 30 menit untuk menghilangkan getah. Selanjutnya, kulit pisang dihaluskan dengan cara diblender. Kulit pisang yang sudah halus lalu diberi tepung terigu, tepung tapioka, dan bumbu-bumbu untuk penyedap rasa. Setelah adonan menjadi satu, kemudian dimasukan plastik dan direbus selama 30 menit. Adonan yang sudah matang lalu dijemur hingga kering. Terakhir, adonan menjadi padat tinggal dipotong-potong tipis sesuai ukuran keripik.
Harga yang dijual pun cukup terjangkau. Hanya belasan ribu saja sudah bisa menikmati 100 gram keripik buatannya.

Tobiyatur mengklaim bahwa keripik yang ia buat tidak memakai bahan pengawet. Ia terus berupaya menjaga kualitas agar cita rasa keripiknya tetap terjaga. Untuk keripik mentahnya sendiri bisa bertahan hingga satu tahun.
Discussion about this post