SEKATO.ID – Untuk pertama kalinya Meghan Markle mencurahkan perasaannya setelah keluar dari anggota kerajaan kepada Oprah Winfrey, Minggu (7/3/2021). Dalam wawancara tersebut, Meghan mengatakankan pernah ingin bunuh diri saat tengah mengandung Archie.
“Aku ingin hidup lagi, dan itu pemikiran konstan yang sangat jelas dan nyata serta menakutkan. Aku ingat, dia (Pangeran Harry) hanya memelukku,” ucapnya saat wawancara dilansir dari Detik.com.
Selama menjadi Duchess, Meghan Markle sering diberitakan negatif oleh media Inggris. Belum lagi, pihak istana yang kurang menerima dirinya dengan baik.
Mantan aktris berumur 39 tahun itu menjelaskan bahwa keluarga kerajaan mengambil paspor, kunci dan SIMnya ketika dia menikah dengan Harry. Banyak hal buruk yang diterimanya menjadi sangat stres bahkan depresi.
Meghan pun sadar butuh bantuan klinis karena telah memikirkan untuk ingin mengakhiri hidup. Bintang serial ‘Suit’ itu kemudian bertanya kepada seorang bangsawan senior tentang kemungkinan mencari perawatan rawat inap. Namun idenya tersebut ditolak. Alasannya karena tidak akan baik untuk institusi.
Di sebuah acara di Royal Albert Hall di tahun 2018, kondisi mental Meghan Markle sedang tidak baik. Pangeran Harry memintanya untuk tidak ikut ke acara tersebut, namun saat itu Meghan mengaku sangat ketakutan jika ditinggal sendiri.
Ada momen dramatis saat acara tersebut berlangsung. Saat lampu aula dipadamkan, Meghan menangis tersedu-sedu. Sementara sang suami menggenggam tangan Meghan, mencoba menenangkannya.
Oprah kemudian bertanya kepada Harry bagaimana perasaannya ketika istrinya mengatakan ia ingin bunuh diri. Adik Pangeran William itu menjawab dia malu untuk mengakui itu kepada keluarganya.
“Aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku ketakutan, aku tidak siap untuk itu, aku berada di tempat yang ‘gelap’ juga,” ucap Harry yang saat itu juga merasa stres.
Oprah melanjutkan pertanyaannya kepada Harry, apakah ia telah berbicara dengan keluarga kerajaan tentang situasi kesehatan mental Meghan Markle.
“Tidak, itu bukanlah percakapan yang bisa dilakukan. Aku pikir aku malu mengakuinya kepada mereka. Aku tidak tahu apakah mereka memiliki perasaan atau pemikiran yang sama. Ini adalah lingkungan yang sangat menjebak mereka,” ungkap Pangeran Harry.
“Keluarga (kerajaan) memiliki mentalitas, ‘ya begini adanya, kamu tidak dapat mengubahnya, kita semua telah melewatinya.’ Namun yang berbeda di sini adalah elemen rasanya. Itu memicu percakapan dengan keluarga dan staf istana, di mana aku berkata: ‘Ini tidak akan berakhir dengan baik,'” tambah Harry.
Discussion about this post