JAKARTA — Bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia lebih mahal dinandingkan dengan di Malaysia tentu hal ini menjadi pertanyaan semua pihak ternyata hal itu disebabkan sejumlah persoalan.
Di Malaysia BBM dengan kadar research octane number (RON) 95 haranya jauh lebih murah dibandingkan dengan BBM RON 90 (pertalite) di Indonesia.
Untuk BBM dengan RON 95 di Malaysia dihargai 2,05 ringgit malaysia atau setara Rp6.793 per liter (asumsi kurs Rp3.313 per ringgit Malaysia).
Kemudian, BBM Ron 97 dibanderol 4,3 ringgit Malaysia atau Rp14.250 per liter dan diesel hanya 2,15 atau Rp7.125 per liter.
Sementara, harga BBM di RI paling murah Rp10 ribu per liter. Itu pun untuk pertalite dengan dengan RON 90 di Pertamina.
Kemudian, pertamax dengan RON 92 ditarif sebesar Rp14.500 per liter, solar bersubsidi Rp6.800 per liter, pertamax turbo RON 98 Rp15.900-Rp16.250, pertamina dex Rp17.400-Rp18.100 per liter, dan dexlite Rp17.100-Rp17.450 per liter.
Harga itu tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan SPBU Shell yang menjual BBM lebih mahal dari Pertamina. Shell Super RON 92 misalnya dijual seharga Rp15.420 hingga Rp15.750 per liter.
Lalu, Shell v Power RON 95 dibanderol Rp16.130-Rp16.470 per liter, Shell V-Power Diesel sebesar Rp18.310 per liter, dan Shell Diesel Extra Rp17.990-Rp18.380 per liter.
Begitu juga dengan Vivo yang menjual lebih tinggi dari Pertamina. BBM Revvo 89 dengan RON 89 dibanderol Rp10.900 per liter, Revvo 92 Rp15.400 per liter, dan Revvo 95 Rp16.100 per liter.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa memaparkan BBM di negara yang berbatasan langsung dengan daratan Indonesia itu lebih murah dari pada RI dikarenakan Pemerintah Malaysia memberikan subsidi untuk bahan bakar berkualitas tinggi, yakni RON 95.
Hal ini bertolak belakang dengan sikap Pemerintah Indonesia yang menyubsidi BBM dengan nilai oktan atau RON rendah, yakni RON 90.
“BBM RON 95 dan solar di Malaysia disubsidi. RON 97 tidak disubsidi. Bedanya di Malaysia, subsidi diberikan untuk bahan bakar yang kualitasnya bagus. Di Indonesia kebalikan,” ujarnya.
Kemudian, Fabby menyebut jika Malaysia mengimpor minyak lebih sedikit dibandingkan dengan Indonesia. Dengan demikian, dampak lonjakan harga minyak mentah dunia tak terlalu signifikan bagi Malaysia.
Berbabdung terbalik dengan Indonesia yang mengimpor hampir setengah kebutuhan minyak mentah setiap tahun. Alhasil, naik atau turunnya harga komoditas itu akan berpengaruh signifikan terhadap harga BBM di RI. “Indonesia separuh dari kebutuhan kita BBM di impor.” Tutupnya.
Sementara, Pengamat Pertambangan dan Peneliti di Alpha Research Database Ferdy Hasiman mengatakan harga BBM di Malaysia lebih murah karena produksi minyak Petronas lebih besar dibandingkan Pertamina.
Berdasarkan laman resmi Petronas, rata-rata jumlah produksi minyak harian sebesar 2,45 juta barel setara minyak per hari (boepd) selama kuartal I 2022. Angkanya naik sedikit jika dibandingkan dengan periode 2021 yang hanya 2,27 juta boepd.
Di sisi lain, produksi minyak Pertamina hanya 518 boepd pada semester I 2022. Kemudian, sisa kebutuhan minyak RI akan dipenuhi lewat impor.
“Petronas lebih besar produksinya. Petronas di Malaysia lebih hebat, dia ekspansif dibandingkan Pertamina.” Tutupnya
Artikel ini telah diterbitkan di CNNIndonesia.com dengan judul “Alasan Harga BBM Malaysia Lebih Murah dari RI”
Discussion about this post